Tanggapan Dunia Terhadap Perjuangan Mengembalikan Irian Barat

TAMBANGILMU.COM - Konflik yang terjadi antara Indonesia dan Belanda mengenai pembebasan Irian Barat dari tangan Belanda merupakan salah satu sejarah besar Bangsa Indonesia di mata kita bahkan dunia. Konflik Indonesia-Belanda ini tentang masalah Irian Barat akhirnya mengundang campur tangan Amerika Serikat, melalui deplomatnya yang bernama Ellworth Buriker mengusulkan yang dikenal dengan nama Rencana Bunker pada bulan Maret 1962 yang isinya sebagai berikut :


  1. Pemerintah Irian Barat harus diserahkan kepada RI.
  2. Sesudah sekian tahun di bawah pemerintahan RI, rakyat Irian Barat diberi kesempatan untuk menentukan pendapatnya tetap dalam RI atau memisahkan diri.
  3. Pelaksanaan pernyerahan Irian Barat akan selesai dalam waktu dua tahun.
  4. Untuk menghindari terjadinya bentrokan fisik antar kekuatan-kekuatan Indonesia dan Belanda, diadakan masa peralihan di bawah pemerintahan PBB selama satu tahun. Waktu tersebut dipakai untuk memulangkan seluruh militer dan pegawai Belanda.

Terhadap Rencana Bunker ini ternyata Belanda menolak, akhirnya RI menyiapkan operasi besar-besaran yang dikenal dengan nama Operasi Jaya Wijaya baik melalui darat, laut, maupun udara pada tanggal 14 Agustus 1962. Presiden Amerika John F. Kennedy mencemaskan perkembangan yang terjadi di Irian Barat karena sikap Belanda yang menolak Rencana Bunker akan mendekatkan RI ke Uni Soviet, apalagi satelit mata-mata U2 melihat besarnya kekuatan RI yang dipersiapkan.

Menurut analisa intelijen Amerika, Belanda tak akan sanggup menghadapi Indonesia dan akan hancur. Amerika mendesak Belanda menerima Rencana Bunker dan sebagai gantinya Amerika akan memberikan jaminan ekonomi kepada Belanda sehingga lepasnya Irian tidak akan menyiksa ekonomi Belanda. Desakan Amerika berhasil melunakkan Belanda, sehingga tanggal 15 Agustus 1962 ditandatangani Persetujuan New York antara Menteri Luar Negeri Subandrio mewakili RI dan Van Royen, Schuumann mewakili Belanda. Sekjend PBB U Than dan Bunker menyaksikan peristiwa ini di Markas Besar PBB.

Kegiatan United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA) di bawah pimpinan Jalal Abdoh dari Iran juga berjalan lancar, dan untuk menjamin keamanan PBB dibentuklah pasukan keamanan PBB yang dinamakan United Nations Security Force (UNSF) di bawah pimpinan Brigjend Said Uddin Khan dari Pakistan.

Tanggal 1 Mei 1963 UNTEA menyerahkan Irian Barat pada pemerintahan RI dan sebagai Gubernur Irian Barat yang pertama diangkat adalah E.J. Boney putra asli Irian. Tanggal itu juga Komando Mandala dibubarkan.